PUISI

Rindu Rumah

Oleh : Willy Nugroho | 23 May 2025 - 17.29 WIB
Rindu Rumah

Puisi ini menggambarkan perjalanan emosional seorang anak rantau yang hidup di kota asing, jauh dari keluarganya. Ia mengenang rumah, tawa orang tua, dan kebersamaan yang dulu hangat, kini tergantikan oleh kesepian dan rutinitas. Meskipun rindu terus menggebu, ia tetap memilih bertahan, karena ada mimpi besar yang sedang ia kejar.

Rindu Rumah
(Karya oleh Febrian Fahrezi)
Di sudut kota yang asing ini,
Aku melangkah sendiri.
Di antara gedung tinggi menjulang,
Hatiku terjebak dalam bayang.

Rindu rumah membakar dada,
Mengingat tawa yang pernah ada.
Ayah, Ibu, dan adik kecil,
Suara mereka kini hanya angin yang lirih.

Dulu pagi beraroma kopi,
Ditemani sarapan penuh kasih.
Kini hanya suara alarm berbunyi,
Membangunkanku dalam sepi.

Jarak ini memang berat,
Tapi mimpi tak boleh tersesat.
Aku bertahan, aku berjuang,
Agar nanti bisa pulang dengan bangga di tangan.

Aku anak rantau,
Menyimpan rindu tanpa tahu kapan temu.
Namun yakinlah, kampung halaman,
Aku selalu membawa namamu dalam doa yang kupanjatkan.
Beri Tanggapanmu :
Belum Ada Komentar

Rekomendasi Hari ini

Antara Ego dan Cinta

PUISI | 23 May 2025

"Antara Ego dan Cinta"

Puisi ini mengangkat tema cinta yang terperangkap dalam ego dan keheningan. Dua...

Oleh : Hultami Hujanna
Aku dan Hujan

PUISI | 23 May 2025

"Aku dan Hujan"

Puisi ini menggambarkan pertemuan sunyi antara seseorang dan hujan, di mana kehe...

Oleh : Moh Yusuf
Ina

PUISI | 23 May 2025

"Ina"

Puisi ini memotret sosok ibu dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari dekapan han...

Oleh : Husnul Khatimah
Ibu, Anakmu Rindu

PUISI | 23 May 2025

"Ibu, Anakmu Rindu"

Puisi ini adalah ungkapan rindu mendalam seorang anak kepada ibunya, yang mungki...

Oleh : Syahida Amalia
Padre

PUISI | 23 May 2025

"Padre"

Puisi ini mengangkat sosok ayah sebagai pahlawan keluarga yang jarang menangis,...

Oleh : Husnul Khatimah
Jiwa yang Merintih

PUISI | 23 May 2025

"Jiwa yang Merintih"

Puisi ini menggambarkan kondisi jiwa yang berada dalam kegelapan batin: luka ter...

Oleh : Moh Yusuf
Media Explant